TUGAS
SIG REVIEW JURNAL
DISTRIBUSI
SPASIAL TINGKAT PENCEMARAN DI DAS CITARUM
Andriati Cahyaningsih1
dan Budi Harsoyo2
Nama Kelompok : Mhd. Bara Yudhistira
Martina Novalia.P
Dosen Pengampu : Yar Johan, S.Pi, M.Si
Prodi : Ilmu Kelautan
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
distribusi spasial pencemar air di DAS Citarum. Studi ini menggabungkan
teknologi penginderaan jauh, Sistem Informasi Geografis (GIS) dan data kualitas
air. Informasi tentang DAS Citarum dikumpulkan dari interpretasi Landsat TM.
Kualitas air dikumpulkan dari data sekunder dari 33 titik sampel nilai BOD.
Semua informasi diproses oleh GIS. Data dianalisis dan diplot ke dalam peta
yang menggambarkan distribusi polutan air di DAS Citarum.
Keywords : GIS,
pollutant, spatial distribution, watershed
1.
PENDAHULUAN
Indonesia mengalami begitu banyak masalah lingkungan
dan bencana alam. Masalah yang paling hangat saat ini adalah masalah air.
Bencana alam yang terjadi, baik berupa longsor lahan, banjir, maupun
kekeringan, semuanya berkaitan dengan air. Pencemaran sungai merupakan masalah
yang membuat salah satu sumber air tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Penurunan kualitas air diduga disebabkan oleh banyaknya permukiman dan industri
yang tumbuh di DAS Citarum. DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat,
dengan luas sekitar 6.614 km² dan panjang sungai 269 km.
Kondisi pencemaran air di suatu perairan dapat
diindikasikan dengan mengetahui
keberadaan
atau besar kecilnya muatan oksigen di dalam air. Untuk menentukan status muatan
oksigen di dalam air perlu dilakukan pengukuran besarnya BOD (Biological
Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan
di dalam air oleh mikroorganisme, dan atau COD (Chemical Oxygen Demand)
atau kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di
dalam air.
Sistem
Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu sistem yang mampu mengumpulkan,
menyimpan, mentransformasikan, menampilkan dan mengkorelasi data spasial serta
fenomena geografis, dapat digunakan untuk memperoleh sebaran tingkat
pencemaran. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang berdasarkan letak
spasial atau koordinat geografis dari suatu obyek atau fenomena di permukaan bumi.
Salah satu produk SIG adalah dalam bentuk peta. Sebuah peta pada dasarnya
merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh dari proses pengolahan dan
analisis data. Informasi yang terkandung dalam sebuah peta dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijaksanaan (decision support).
Penggunaan teknik penginderaan jauh yang dipadukan dengan SIG diharapkan dapat
menyediakan data dan menganalisis data secara spasial, sehingga dapat
menghasilkan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan yang
bersifat integratif.
2.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara spasial kondisi tingkat
pencemaran air DAS Citarum dalam bentuk Peta Tingkat Pencemaran Air DAS Citarum
berdasarkan data pengukuran sampel kualitas air. Hasil penelitian diharapkan
dapat menjadI rekomendasi pengambilan keputusan dalam pengelolaan DAS Citarum.
3.
METODELOGI
PENELITIAN
Gambar
1. Diagram alir penelitian
Data kualitas air merupakan sekumpulan data hasil
pengukuran besarnya nilai kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dari
33 lokasi titik sampel (C1-C14 dan C27-C45) yang tersebar di dalam DAS Citarum
selama 6 tahun, yaitu sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 1999. Nilai
kandungan BOD dari seluruh titik sampel selanjutnya diplotkan ke dalam peta
dasar. Hasil plot dalam bentuk titik kemudian diinterpolasi menggunakan metode
Poligon Thiessen untuk memperoleh gambaran spasial dalam bentuk
suatu
area (zonasi). Batas zonasi dari metode ini masih bersifat tentatif (karena
bentuknya kaku). Oleh karena itu selanjutnya ditumpangsusunkan (overlay)
dengan informasi pola aliran dan arah aliran untuk mendapatkan batas zonasi
yang lebih akurat dan lebih halus (smooth).
Dalam
penelitian ini menggunakan metode
Poligon Thiessen. Dengan citra satelit
Landsat Thematic Mapper. Interpretasi dilakukan dengan membuat klasifikasi
multispektral menggunakan software ER Mapper ver. 6.3 yang mempunyai kemampuan
melakukan image processing.
4.
METODELOGI PENELITIAN JURNAL PEMBANDING
Dalam penelitian ini
menggunakan data citra satelit landsat Thematic Mapper dengan
data
spasial.
Gambar 2. Diagram alur penelitian
Dari hasil keseluruhan proses analisi data,dapat
disajikan pada diagram alur penelitian
(gambar 2) adalah :
1.
Intesitas hujan pada periode ulang
tertentu
2.
Tabel satuan lahan tumpang tindih,
berikut nilai koefisien aliran permukaan
3.
Laju puncak aliran dalam suatu periode
tertentu.
5.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data berupa nilai BOD dari 33
titik sampel tahun 1994-1999 Nilai rata-rata dari setiap titik selama 6 tahun
bervariasi tergantung lokasi pengambilan sampel. Nilai BOD tertinggi yaitu C39
(378,87 mg/l) berlokasi di Cimahi Selatan, Kabupaten Bandung. Nilai BOD terendah
yaitu C38 (4,12 mg/l) berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bandung.
5.1.
Kondisi Tingkat Pencemaran Air di
DAS Citarum
Tingkat pencemaran air di DAS Citarum terbagi atas 4
zonasi, yaitu zona agak tercemar (< 0,1 mg/l), kritis tercemar (0,1 – 1
mg/l), sangat tercemar (1 – 2 mg/l), dan tercemar berat (> 2 mg/l).
Gambar 3. Citra landsat TM Komposit 452 Daerah Penelitian (Tahun 2000)
Penelitian hasil perekaman tahun 2000, yang telah
diproses dalam bentuk komposit menggunakan saluran band 452. Disajikan pada
gambar 3.
Gambar 4. Peta zonasi tingkat pencemaran
air DAS citarum
5.1.1.
Kondisi
agak tercemar
Zona agak tercemar terdapat di dua area, yaitu di
sisi barat-utara dan sisi selatan DAS Citarum. Zona ini paling dominan
dibandingkan zona lainnya. Total luas zona ini adalah 248.404,76 ha atau 54,46%
dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama dari zonasi ini seluas
180.060,11 ha, meliputi sub-DAS Cisokan dan Cikundul di wilayah Kabupaten
Cianjur pada sisi bagian barat DAS Citarum. Area kedua berada pada sisi selatan
DAS Citarum seluas 68.344,66 ha, yang meliputi sub-DAS Ciwidey, Ci Sangkeuy dan
Citarum Hulu yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung (Gambar 4).
5.1.2. Zona
Kritis Tercemar
Zona kritis tercemar terdapat di tiga lokasi dalam
DAS Citarum dengan total area yang tidak terlalu luas yaitu 54.686,95 ha atau
11,99% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama terletak di bagian tengah
DAS Citarum, dengan luas 39.748,29 ha, meliputi sub-DAS Cisokan di Kabupaten
Cianjur dan sebagian kecil sub- DAS Cimeta di Kabupaten Bandung. Area kedua
berada di sebelah timur laut DAS Citarum
5.1.3.
Zona Sangat Tercemar
Zona
sangat tercemar terdapat pada dua lokasi,
yaitu di sebelah selatan dan timur dari DAS Citarum
dengan luas 73.282,05 ha atau 16,07% dari
luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama yang
terletak di sebelah timur memiliki luas sebesar 60.962,29 ha. Area ini meliputi dua sub-DAS, yaitu Cisokan
dan Area kedua berada di sebelah selatan dengan
luas 12.319,76 ha, meliputi sub-DAS Citarik (Gambar 4).
5.1.4.
Zona Tercemar Berat
Zona
tercemar berat hanya terdapat dalam satu
area, memanjang mulai dari bagian tengah hingga ke sisi paling timur dari DAS Citarum. Luasnya 79.779,88
ha atau 17,49% dari luas keseluruhan DAS
Citarum. Yang termasuk dalam zona ini adalah sub-DAS Cimeta bagian
tenggara, Ci Kapundung bagian selatan,
Ciminyak bagian timur, Ciwideuy,
Cisangkeuy dan Citarum Hulu bagian
utara, serta Citarik bagian selatan (Gambar 4).
5.2.
Tingkat Pencemaran air DAS di
citarum
Gambar 5. Tingkat Pencemaran Air Pada Masing-masing sub-DAS
Pada peta tingkat pencemar masing-masing sub-DAS menunjukkan
bahwa dari keseluruhan sub- DAS yang ada di DAS Citarum, sub-DAS Ci Kundul dan
Citarum (Jatiluhur) – Ci Kao yang berada di sebelah utara serta sub-DAS Ci
Sokan di sebelah barat, merupakan daerah yang relatif paling rendah tingkat
pencemaran airnya. Tingkat pencemaran air paling tinggi terjadi di sub-DAS Ci
Kapundung yang berada di wilayah Kota Bandung dan Cimahi serta sub-DAS Ci Tarik
yang berada di sisi paling timur dari DAS Citarum.
5.3. Kondisi Penutup Lahan DAS Citarum
Gambar 6. Kondisi Penutup Lahan DAS Citarum (tahun 2000)
Berdasarkan Peta Penutup Lahan hasil interpretasi
citra satelit Landsat TM wilayah DAS Citarum perekaman tahun 2000, jenis
penutup lahan yang paling dominan adalah sawah, hutan dan kebun campuran yang
mempunyai luasan di atas 20%. Permukiman hanya 5,23% dan industri 0,49%. Untuk distibusi
spasialnya disajikan dalam Gambar 6 dan menunjukkan bahwa pada daerah yang
kondisi tingkat pencemarannya paling ringan yaitu sub-DAS Ci Sokan, Ci Kundul
dan Citarum (Jatiluhur) – Ci Kao, tutupan vegetasi sangat dominan di wilayah
ini. Jenis penutup lahannya mayoritas berupa hutan, sawah, kebun campuran dan
perkebunan. Sebaliknya pada sub DAS yang paling tercemar, yaitu sub-DAS Ci
Kapundung dan Ci Tarik yang terletak di wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi dan
Kabupaten Bandung sebelah timur, luasan permukiman lebih dominan dibandingkan hutan.
Luas permukiman dan juga industri pada wilayah zonasi tercemar berat, meningkat
pesat (hampir sekitar 4 kali lipat) dibandingkan dengan penutup lahan sejenis
pada ketiga zonasi pencemaran yang lain. Luas sawah pada zonasi tercemar berat
paling tinggi dibandingkan luas sawah pada zonasi lain.
5.4.
Identifikasi Sumber Pencemaran
Gambar 7. Peta sebaran Kluster industri
di DAS citarum
Hasil
kajian Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Air (1998) tentang
Studi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Kluster
Industri di DAS Citarum menyebutkan bahwa di
sekitar Kota Bandung dan Kota Cimahi
terdapat banyak sekali industri, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 7. Hal ini juga mengindikasikan bahwa banyaknya industri di daerah tersebut turut berperanan menjadi sumber
pencemaran air sehingga menyebabkan kawasan Bandung dan sekitarnya merupakan zone yang paling berat tingkat
pencemarannya.
KELEBIHAN KEKURANGAN HASIL PETA
PADA JURNAL INI
Kelebihan
1.
Menggunakan beberapa citra dengan sumber
yang berbeda.
2.
Dapat menetukan batas zonasi yang lebih
akurat dan lebih halus
3.
Menggunakan Teknik Overlay, sehingga
sangat ditail dalam dalam menganalisis sebaran pencemaran air DAS di citarum
hulu
4.
Dapat merekam wilayah di permukaan bumi
dengan lebih luas / cakupannya lebih besar.
Kekurangan
1.
Jurnal ini tidak terlalu detil dalam
menentukan letak lokasi.
2.
Peta yang digunakan masih dalam skala
kecil.
6.
KESIMPULAN
Kedua jurnal
tersebut terdapat peta yang masih memiliki kekurangan ataupun kesalahan
misalnya pada atribut peta yang kurang dan tanggal pembuatan peta.
Misalnya pada jurnal acuan, kesalahan hanya terdapat pada
perpaduan warna ataupun keseuaian waran oleh si pembuat tanpa meperhatikan si
pembaca.
Sedangkan pada
jurnal pembanding, pada peta tersebut tidak memiliki kejelasan pada bagian
legendanya. Tidak terdapat sumber peta dan untuk ukuran skalanya tidak jelas,
apakah termasuk kedalam meter, kilometer, dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Aronoff,
S. 1989. GIS : A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa.
Asdak, C. 1995. Hidrologi
dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Douglas, W.J. 1995. Environmental
GIS, Applications to
Industrial Facilities. Lewis Publishers.
Lillesand and Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Polii, B. 1994. Thesis. Kajian
Konsep
Pengukuran
BOD Sebagai Indikator Pencemaran Bahan
Organik di Perairan Daerah Tropis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wangsaatmaja, S. 2005. Tidak Ada Kata Esok Untuk Perbaikan Citarum. Pikiran Rakyat edisi 6 Juni 2005. Bandung.
Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. 1998. Studi
Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Kluster Industri di DAS Citarum. Laporan Teknis.
Puslitbang SDA Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.