Minggu, 02 Oktober 2016

Quis III
Perencaaan Wilayah pesisir Terpadu
Nama : Martina Novalia Pasaribu
Npm    : E1I013042



Pengertian wilayah pesisir
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley et al., 1994)”
Pengertian Perencaan wilayah pesisir terpadu
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance), dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat (dekratisasi), identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan (Wiyana, 2004).

Daftar Pustaka

Wiyana, Adi. 2004. Faktor Berpengaruh Terhadap Keberlanjutan Pengelolaan  Pesisir Terpadu (P2T). http://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/afi_wiyana.htm.

http://www.pengertianilmu.com/2014/12/konsep-dan-definisi-pengelolaan-wilayah.html

Kamis, 22 September 2016

ORANG TUA ADALAH MALAIKAT KU

           Hai guys ... hari ini aku akan mencoba mengutarakan sedikit hal mengenai orang tua. 
yahhh... orang tua ku. sama sperti judul di atas ORANG TUA ADALAH MALAIKAT yang di kirimkan TUHAN untuk ku. dan inilah Orang Tua ku. aku ada karena seorang ayah yang tampan, yang luar biasa, aku terlahir daari ibu yang perkasa. aku adalah anak sulung dari 4 saudara , nama ku Martina Novalia tp aku lebih suka di panggil NOVA, adik kedua ku namnya Marta junita wati tp enah kenapa Temantemannya memanggil Vicka (laaahh... dari mana asal nya yaa ???) kemudian saudara ku yang ketiga namanya Marlindha evita nia dan lebih sering di panggil LINDHA dan terakhir namanya Joseph adi saputra dan di panggil ADEK (mungkin karna adek paling kecil yaa). yupzz... kami 4 saudara dan 3 adalah wanita,1 laki laki. kami asli darah BATAK .. (yang orang batak cokk angkat tangan). lahhh jadi sensus ini.haha.. balik ke topik . 
           Ayah ku, mengajar kan kami untuk menjadi anak yang selalu mengandalkan TUHAN untuk smua yang kami lakukan, apa pun dan kapan pun. ibu mengajarkan kami untuk lebih mengasihi saudara dan seluruh anak TUHAN.  luar biasa mereka menjaga kami hingga kami sampai di saat sekarang ini. yahhh..... panjang juga kalo di utara kan smua nya. imti nya. mereka dalah malaikat yang dikirimkan TUHAN untuk kami. cita cita ku untuk mereka adalah ingin membahagiakan mereka dengan usaha ku sendiri. Love u mom dan dad. you're everything for me . 
          waduhg... udah dulu ya kawan kawand.., batre laptop low. sekian dlu dr ku. lain kali ada waktu aku akan coba utarakan hal yang lainnya. trimakasih . :-)


Senin, 19 September 2016

Ini mimpi ku.., Apa mimpi mu ?

Nama         : Martina Novalia Pasaribu
NPM          : E1I013042
Makul        : Dasar-dasar Penginderaan Jauh
QUIS         : I (Satu)
Dosen        : Yar Johan, S.Pi, M.Si
Prodi         : ILMU KELAUTAN
Fakultas     : PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

                                        20 MIMPI / Rencana untuk lima tahun ke depan


        Mimpi adalah KUNCI untuk kita menaklukan DUNIA. Ketika kamu bermimpi untuk mencapai sesuatu yang kamu anggap mampu memberikan kepuasaan yang luar biasa atas usaha dan kerja keras mu. hal itu akan menjadi suatu kesenangan dan menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. mimpi akan membawa mu ke arah pintu kesuksesan. 
Teruslah bermimpi ... dan Mari bermimpi ... :-)



Minggu, 18 September 2016

PERENCANAAN WILAYAH PESISIR TERPADU

Nama         : Martina Novalia Pasaribu
NPM          : E1I013042
Makul        : Perencanaan Wilayah Pesisir Terpadu
QUIS         : II (Dua)
Dosen        : Yar Johan, S.Pi, M.Si
Prodi         : ILMU KELAUTAN
Fakultas     : PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU


         Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.506 pulau besar dankecil. Dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 km, Indonesiaadalah juga negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada.
Wilayah laut dan pesisir adalah wilayah yang amat penting bagi sebagian besarpenduduk Indonesia. Lebih dari empatbelas juta penduduk atau sekitar 7,5% dari totalpenduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan yang ada di kawasan ini (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Sekitar 26% dari total ProdukDomestik Bruto (Gross National Product/GDP) Indonesia disumbangkan dari kegiatandan sumber-daya laut dan pesisir (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003).
            Banyak definisi mengenai arti dan batasan wilayah pesisir yang telah dibuatpakar-pakar ilmu kelautan dan pesisir dunia. Di antaranya yang terkenal yakni yangdirumuskan Sorensen dan McCreary. Dalam karya mereka “ Institutional Arrangement for Managing Coastal Resources and Environments”, kawasan pesisir didefinisikansebagai “perbatasan atau ruang tempat berubahnya dua lingkungan utama, yaitu lautdan daratan”. Lebih lanjut, dalam kenyataannya juga terdapat beberapa definisikawasan pesisir yang dipergunakan beberapa negara kelautan yang ada di dunia.
Kay dan Alder (1999) “ The band of dry land adjancent ocean space (water dan submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.
Karakteristik khusus dari wilayah pesisir menurut Jan C. Post dan Carl G.Lundin (1996) antara lain:
1.  Suatu wilayah yang dinamis dengan seringkali terjadi perubahan sifat biologis,kimiawi, dan geologis
2.  Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan produktivitas yangtinggi yang memberikan tempat hidup penting buat beberapa jenis biota laut
3.  Ciri-ciri khusus wilayah pesisir—seperti adanya terumbu karang, hutan bakau,pantai dan bukit pasir—sebagai suatu sistem yang akan sangat berguna secara alamiuntuk menahan atau menangkal badai, banjir, dan erosi
4.  Ekosistem pesisir dapat digunakan untuk mengatasi akibat-akibat dari pencemaran,khususnya yang berasal dari darat (sebagai contoh: tanah basah dapat menyerapkelebihan bahan-bahan makanan, endapan, dan limbah buangan)
5.  Pesisir yang pada umumnya lebih menarik dan cenderung digunakan sebagaipemukiman, maka di sekitarnya seharusnya dimanfaatkan pula sebagai sumber dayalaut hayati dan nonhayati, dan sebagai media untuk transportasi laut serta rekreasi.

Sumber : 
Dirhamsyah, “Pengelolaan Wilayah Pesisir Terintegrasi di Indonesia” dalam
Oseana volume XXXI, Nomor 1, Tahun 2006.
Prof Dr L. Tri Setyawanta R, SH, Mhum. Pokok-pokok Hukum LautInternasional , Pusat Studi Hukum Laut (SYCLOS) Fakultas Hukum UniversitasDiponegoro: 2005.

Minggu, 12 Juni 2016

Review Jurnal SIG

TUGAS SIG REVIEW JURNAL
DISTRIBUSI SPASIAL TINGKAT PENCEMARAN DI DAS CITARUM
Andriati Cahyaningsih1 dan Budi Harsoyo2



  
Nama Kelompok       : Mhd. Bara Yudhistira
  Martina Novalia.P
Dosen Pengampu      : Yar Johan, S.Pi, M.Si
Prodi                           : Ilmu Kelautan





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016




ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi spasial pencemar air di DAS Citarum. Studi ini menggabungkan teknologi penginderaan jauh, Sistem Informasi Geografis (GIS) dan data kualitas air. Informasi tentang DAS Citarum dikumpulkan dari interpretasi Landsat TM. Kualitas air dikumpulkan dari data sekunder dari 33 titik sampel nilai BOD. Semua informasi diproses oleh GIS. Data dianalisis dan diplot ke dalam peta yang menggambarkan distribusi polutan air di DAS Citarum.
Keywords : GIS, pollutant, spatial distribution, watershed

1.        PENDAHULUAN
Indonesia mengalami begitu banyak masalah lingkungan dan bencana alam. Masalah yang paling hangat saat ini adalah masalah air. Bencana alam yang terjadi, baik berupa longsor lahan, banjir, maupun kekeringan, semuanya berkaitan dengan air. Pencemaran sungai merupakan masalah yang membuat salah satu sumber air tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Penurunan kualitas air diduga disebabkan oleh banyaknya permukiman dan industri yang tumbuh di DAS Citarum. DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat, dengan luas sekitar 6.614 km² dan panjang sungai 269 km.
Kondisi pencemaran air di suatu perairan dapat diindikasikan dengan mengetahui
keberadaan atau besar kecilnya muatan oksigen di dalam air. Untuk menentukan status muatan oksigen di dalam air perlu dilakukan pengukuran besarnya BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme, dan atau COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
 Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu sistem yang mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan dan mengkorelasi data spasial serta fenomena geografis, dapat digunakan untuk memperoleh sebaran tingkat pencemaran. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang berdasarkan letak spasial atau koordinat geografis dari suatu obyek atau fenomena di permukaan bumi. Salah satu produk SIG adalah dalam bentuk peta. Sebuah peta pada dasarnya merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh dari proses pengolahan dan analisis data. Informasi yang terkandung dalam sebuah peta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijaksanaan (decision support). Penggunaan teknik penginderaan jauh yang dipadukan dengan SIG diharapkan dapat menyediakan data dan menganalisis data secara spasial, sehingga dapat menghasilkan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan yang bersifat integratif.

2.        TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara spasial kondisi tingkat pencemaran air DAS Citarum dalam bentuk Peta Tingkat Pencemaran Air DAS Citarum berdasarkan data pengukuran sampel kualitas air. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadI rekomendasi pengambilan keputusan dalam pengelolaan DAS Citarum.

3.        METODELOGI  PENELITIAN

Gambar 1. Diagram alir penelitian
Data kualitas air merupakan sekumpulan data hasil pengukuran besarnya nilai kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dari 33 lokasi titik sampel (C1-C14 dan C27-C45) yang tersebar di dalam DAS Citarum selama 6 tahun, yaitu sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 1999. Nilai kandungan BOD dari seluruh titik sampel selanjutnya diplotkan ke dalam peta dasar. Hasil plot dalam bentuk titik kemudian diinterpolasi menggunakan metode Poligon Thiessen untuk memperoleh gambaran spasial dalam bentuk
suatu area (zonasi). Batas zonasi dari metode ini masih bersifat tentatif (karena bentuknya kaku). Oleh karena itu selanjutnya ditumpangsusunkan (overlay) dengan informasi pola aliran dan arah aliran untuk mendapatkan batas zonasi yang lebih akurat dan lebih halus (smooth).
Dalam penelitian ini  menggunakan metode Poligon Thiessen.  Dengan citra satelit Landsat Thematic Mapper. Interpretasi dilakukan dengan membuat klasifikasi multispektral menggunakan software ER Mapper ver. 6.3 yang mempunyai kemampuan melakukan image processing.
4.        METODELOGI  PENELITIAN JURNAL PEMBANDING
Dalam penelitian ini  menggunakan data citra satelit landsat Thematic Mapper dengan
data spasial.
Gambar 2. Diagram alur penelitian
Dari hasil keseluruhan proses analisi data,dapat disajikan pada diagram alur penelitian  (gambar 2) adalah :
1.        Intesitas hujan pada periode ulang tertentu
2.        Tabel satuan lahan tumpang tindih, berikut nilai koefisien aliran permukaan
3.        Laju puncak aliran dalam suatu periode tertentu.
5.        HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data berupa nilai BOD dari 33 titik sampel tahun 1994-1999 Nilai rata-rata dari setiap titik selama 6 tahun bervariasi tergantung lokasi pengambilan sampel. Nilai BOD tertinggi yaitu C39 (378,87 mg/l) berlokasi di Cimahi Selatan, Kabupaten Bandung. Nilai BOD terendah yaitu C38 (4,12 mg/l) berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bandung.
5.1.       Kondisi Tingkat Pencemaran Air di DAS Citarum
Tingkat pencemaran air di DAS Citarum terbagi atas 4 zonasi, yaitu zona agak tercemar (< 0,1 mg/l), kritis tercemar (0,1 – 1 mg/l), sangat tercemar (1 – 2 mg/l), dan tercemar berat (> 2 mg/l).
Gambar 3. Citra landsat TM Komposit 452 Daerah Penelitian (Tahun 2000)
Penelitian hasil perekaman tahun 2000, yang telah diproses dalam bentuk komposit menggunakan saluran band 452. Disajikan pada gambar 3.

Gambar 4. Peta zonasi tingkat pencemaran air DAS citarum
5.1.1.      Kondisi agak tercemar
Zona agak tercemar terdapat di dua area, yaitu di sisi barat-utara dan sisi selatan DAS Citarum. Zona ini paling dominan dibandingkan zona lainnya. Total luas zona ini adalah 248.404,76 ha atau 54,46% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama dari zonasi ini seluas 180.060,11 ha, meliputi sub-DAS Cisokan dan Cikundul di wilayah Kabupaten Cianjur pada sisi bagian barat DAS Citarum. Area kedua berada pada sisi selatan DAS Citarum seluas 68.344,66 ha, yang meliputi sub-DAS Ciwidey, Ci Sangkeuy dan Citarum Hulu yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung (Gambar 4).
5.1.2.      Zona Kritis Tercemar
Zona kritis tercemar terdapat di tiga lokasi dalam DAS Citarum dengan total area yang tidak terlalu luas yaitu 54.686,95 ha atau 11,99% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama terletak di bagian tengah DAS Citarum, dengan luas 39.748,29 ha, meliputi sub-DAS Cisokan di Kabupaten Cianjur dan sebagian kecil sub- DAS Cimeta di Kabupaten Bandung. Area kedua berada di sebelah timur laut DAS Citarum
5.1.3.      Zona Sangat Tercemar
Zona sangat tercemar terdapat pada dua lokasi, yaitu di sebelah selatan dan timur dari DAS Citarum dengan luas 73.282,05 ha atau 16,07% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama yang terletak di sebelah timur memiliki luas sebesar 60.962,29 ha. Area ini meliputi dua sub-DAS, yaitu Cisokan dan Area kedua berada di sebelah selatan dengan luas 12.319,76 ha, meliputi sub-DAS Citarik (Gambar 4).
5.1.4.      Zona Tercemar Berat
Zona tercemar berat hanya terdapat dalam satu area, memanjang mulai dari bagian tengah hingga ke sisi paling timur dari DAS Citarum. Luasnya 79.779,88 ha atau 17,49% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Yang termasuk dalam zona ini adalah sub-DAS Cimeta bagian tenggara, Ci Kapundung bagian selatan, Ciminyak bagian timur, Ciwideuy, Cisangkeuy dan Citarum Hulu bagian utara, serta Citarik bagian selatan (Gambar 4).

5.2.   Tingkat Pencemaran air DAS di citarum
Gambar 5. Tingkat Pencemaran Air Pada Masing-masing sub-DAS
Pada peta tingkat pencemar masing-masing sub-DAS menunjukkan bahwa dari keseluruhan sub- DAS yang ada di DAS Citarum, sub-DAS Ci Kundul dan Citarum (Jatiluhur) – Ci Kao yang berada di sebelah utara serta sub-DAS Ci Sokan di sebelah barat, merupakan daerah yang relatif paling rendah tingkat pencemaran airnya. Tingkat pencemaran air paling tinggi terjadi di sub-DAS Ci Kapundung yang berada di wilayah Kota Bandung dan Cimahi serta sub-DAS Ci Tarik yang berada di sisi paling timur dari DAS Citarum.
5.3.       Kondisi Penutup Lahan DAS Citarum
Gambar 6. Kondisi Penutup Lahan DAS Citarum (tahun 2000)
Berdasarkan Peta Penutup Lahan hasil interpretasi citra satelit Landsat TM wilayah DAS Citarum perekaman tahun 2000, jenis penutup lahan yang paling dominan adalah sawah, hutan dan kebun campuran yang mempunyai luasan di atas 20%. Permukiman hanya 5,23% dan industri 0,49%. Untuk distibusi spasialnya disajikan dalam Gambar 6 dan menunjukkan bahwa pada daerah yang kondisi tingkat pencemarannya paling ringan yaitu sub-DAS Ci Sokan, Ci Kundul dan Citarum (Jatiluhur) – Ci Kao, tutupan vegetasi sangat dominan di wilayah ini. Jenis penutup lahannya mayoritas berupa hutan, sawah, kebun campuran dan perkebunan. Sebaliknya pada sub DAS yang paling tercemar, yaitu sub-DAS Ci Kapundung dan Ci Tarik yang terletak di wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung sebelah timur, luasan permukiman lebih dominan dibandingkan hutan. Luas permukiman dan juga industri pada wilayah zonasi tercemar berat, meningkat pesat (hampir sekitar 4 kali lipat) dibandingkan dengan penutup lahan sejenis pada ketiga zonasi pencemaran yang lain. Luas sawah pada zonasi tercemar berat paling tinggi dibandingkan luas sawah pada zonasi lain.
5.4.        Identifikasi Sumber Pencemaran
Gambar 7. Peta sebaran Kluster industri di DAS citarum
Hasil kajian Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air (1998) tentang Studi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Kluster Industri di DAS Citarum menyebutkan bahwa di sekitar Kota Bandung dan Kota Cimahi terdapat banyak sekali industri, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Hal ini juga mengindikasikan bahwa banyaknya industri di daerah tersebut turut berperanan menjadi sumber pencemaran air sehingga menyebabkan kawasan Bandung dan sekitarnya merupakan zone yang paling berat tingkat pencemarannya.

KELEBIHAN KEKURANGAN HASIL PETA PADA JURNAL INI
Kelebihan
1.        Menggunakan beberapa citra dengan sumber yang berbeda.
2.        Dapat menetukan batas zonasi yang lebih akurat dan lebih halus
3.        Menggunakan Teknik Overlay, sehingga sangat ditail dalam dalam menganalisis sebaran pencemaran air DAS di citarum hulu
4.        Dapat merekam wilayah di permukaan bumi dengan lebih luas / cakupannya lebih besar.
Kekurangan
1.        Jurnal ini tidak terlalu detil dalam menentukan letak lokasi.
2.        Peta yang digunakan masih dalam skala kecil.

  6.  KESIMPULAN   
Kedua jurnal tersebut terdapat peta yang masih memiliki kekurangan ataupun kesalahan misalnya pada atribut peta yang kurang dan tanggal pembuatan peta.
Misalnya pada  jurnal acuan, kesalahan hanya terdapat pada perpaduan warna ataupun keseuaian waran oleh si pembuat tanpa meperhatikan si pembaca.
Sedangkan pada jurnal pembanding, pada peta tersebut tidak memiliki kejelasan pada bagian legendanya. Tidak terdapat sumber peta dan untuk ukuran skalanya tidak jelas, apakah termasuk kedalam meter, kilometer, dan lain-lain.  
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. GIS : A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Douglas, W.J. 1995. Environmental GIS, Applications to Industrial Facilities. Lewis Publishers.
Lillesand and Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Polii,        B.     1994. Thesis.      Kajian Konsep
Pengukuran BOD Sebagai Indikator Pencemaran Bahan Organik di Perairan Daerah Tropis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wangsaatmaja, S. 2005. Tidak Ada Kata Esok Untuk Perbaikan Citarum. Pikiran Rakyat edisi 6 Juni 2005. Bandung.
Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. 1998. Studi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Kluster Industri di DAS Citarum. Laporan Teknis. Puslitbang SDA Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.






Minggu, 17 April 2016

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Nama   : Martina Novalia Pasaribu
Npm    : E1I013042
PRODI ILMU KELAUTAN
1.      Data Vektor
Data vektor adalah data yang direkam dan terekam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) . Ada tiga tipe data vektor (titik, garis, dan polygon) yang bisa digunakan untuk menampilkan informasi pada peta. Peta Vektor terdiri dari titik, garis, dan area polygon. Bentuknya dapat berupa peta lokal jalan. 
·         Titik bisa digunakan sebagai lokasi sebuah kota atau posisi tower radio.
·         Garis bisa digunakan untuk menunjukkan route suatu perjalanan atau menggambarkan boundary.
·         Poligon bisa digunakan untuk menggambarkan sebuah danau atau sebuah Negara pada peta dunia.
Kelebihan Data Vektor : 
·         Memerlukan ruang atau tempat menyimpan yang lebih sedikit di computer.
·         Satu layer dapat dikaitkan dengan atau mengunakan atribut sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan secara keseluruhan.
·         Dengan banyak atribut yang banyak dikandung oleh satu layer, banyak peta tematik lain yang dapat dihasilkan sebagai peta turunannya.
·         Hubungan topologi dan network dapat dilakukan dengan mudah.
·         Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
·         Representasi grafis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan tangan manusia.
·         Memiliki batas-batas yang teliti, tegas dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan peta-peta administrasi dan persil tanah milik.
·         Transformasi koordinat dan proyeksi tidak sulit dilakukan. 
Kekurangan Data Vektor :
·         Memiliki struktur data yang kompleks.
·         Datanya tidak mudah untuk dimanipulasi.
·         Pengguna tidak mudah berkreasi untuk membuat programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan aplikasinya.
·         Karena proses keseluruhan untuk mendapatkannya lebih lama, peta vector seringkali mengalami out of date atau kadaluarsa.
·         Memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak yang lebih mahal.
·         Overlay beberapa layers vector secara simultan memerlukan waktu yang relative lama.

2.      Data Raster
Data Raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Foto digital seperti areal fotografi atau foto satelit merupakan bagian dari data raster pada peta. Peta Raster adalah peta yang diperoleh dari fotografi suatu areal, foto satelit atau foto permukaan bumi yang diperoleh dari komputer. Contoh peta raster yang diambil dari satelit cuaca. Raster mewakili data grid continue. Nilainya menggunakan gambar berwarna seperti fotografi, yang di tampilkan dengan level merah, hijau, dan biru pada sel. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut sebagai pixel (picture element). Resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya, semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster dihasilkan dari sistem penginderaan jauh dan sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual seperti jenis tanah, kelembaban tanah, suhu, dan lain-lain.

Kelebihan data raster
·         Memiliki struktur data yang sederhana
·         Mudah dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi matematis sederhana
·         Teknologi yang digunakan cukup murah dan tidak begitu kompleks sehingga pengguna dapat membuat sendiri program aplikasi yang mengunakan citra raster.
·         Compatible dengan citra-citra satelit penginderaan jauh dan semua image hasil scanning data spasial.
·         Overlay dan kombinasi data raster dengan data inderaja mudah dilakukan
·         Memiliki kemampuan dalam permodelan dan analisis spasial tingkat lanjut
·         Metode untuk mendapatkan citra raster lebih mudah
·         Gambaran permukaan bumi dalam bentuk citra raster yang didapat dari radar atau satelit penginderaan jauh selalu lebih actual dari pada bentuk vektornya
·         Prosedur untuk memperoleh data dalam bentuk raster lebih mudah, sederhana dan murah.
·         Harga system perangkat lunak aplikasinya cenderung lebih murah.
Kekurangan Data Raster :
·         Secara umum memerlukan ruang atau tempat menyimpan (disk) yang besar dalam computer, banyak terjadi redudacy data baik untuk setiap layer-nya maupun secara keseluruhan.
·         Penggunaan sel atau ukuran grid yang lebiih besar untuk menghemat ruang penyimpanan akan menyebabkan kehilangan informasi dan ketelitian.
·         Sebuah citra raster hanya mengandung satu tematik saja sehingga sulit digabungkan dengan atribut-atribut lainnya dalam satu layer.
·         Tampilan atau representasi dan akurasi posisi sangat bergantung pada ukuran pikselnya (resolusi spasial).
·         Sering mengalami kesalahan dalam menggambarkan bentuk dan garis batas suatu objek, sangat bergantung pada resolusi spasial dan toleransi yang diberikan.
·         Transformasi koordinat dan proyeksi lebih sulit dilakukan
·         Sangat sulit untuk merepresentasikan hubungan topologi (juga network).
·         Metode untuk mendapatkan format data vector melalui proses yang lama, cukup melelahkan dan relative mahal.
3.      Data Atribut

Data Atribut adalah merupakan data yang mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan di permukaan bumi. Aspek deskriptif meliputi hal pokok dari fenomena di permukaan bumi termasuk dimensi waktunya. Dari tabulasi akan membentuk basis data dalam komputer untuk digunakan pada pengolahan selanjutnya.