Minggu, 12 Juni 2016

Review Jurnal SIG

TUGAS SIG REVIEW JURNAL
DISTRIBUSI SPASIAL TINGKAT PENCEMARAN DI DAS CITARUM
Andriati Cahyaningsih1 dan Budi Harsoyo2



  
Nama Kelompok       : Mhd. Bara Yudhistira
  Martina Novalia.P
Dosen Pengampu      : Yar Johan, S.Pi, M.Si
Prodi                           : Ilmu Kelautan





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016




ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi spasial pencemar air di DAS Citarum. Studi ini menggabungkan teknologi penginderaan jauh, Sistem Informasi Geografis (GIS) dan data kualitas air. Informasi tentang DAS Citarum dikumpulkan dari interpretasi Landsat TM. Kualitas air dikumpulkan dari data sekunder dari 33 titik sampel nilai BOD. Semua informasi diproses oleh GIS. Data dianalisis dan diplot ke dalam peta yang menggambarkan distribusi polutan air di DAS Citarum.
Keywords : GIS, pollutant, spatial distribution, watershed

1.        PENDAHULUAN
Indonesia mengalami begitu banyak masalah lingkungan dan bencana alam. Masalah yang paling hangat saat ini adalah masalah air. Bencana alam yang terjadi, baik berupa longsor lahan, banjir, maupun kekeringan, semuanya berkaitan dengan air. Pencemaran sungai merupakan masalah yang membuat salah satu sumber air tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Penurunan kualitas air diduga disebabkan oleh banyaknya permukiman dan industri yang tumbuh di DAS Citarum. DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat, dengan luas sekitar 6.614 km² dan panjang sungai 269 km.
Kondisi pencemaran air di suatu perairan dapat diindikasikan dengan mengetahui
keberadaan atau besar kecilnya muatan oksigen di dalam air. Untuk menentukan status muatan oksigen di dalam air perlu dilakukan pengukuran besarnya BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme, dan atau COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
 Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu sistem yang mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan dan mengkorelasi data spasial serta fenomena geografis, dapat digunakan untuk memperoleh sebaran tingkat pencemaran. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang berdasarkan letak spasial atau koordinat geografis dari suatu obyek atau fenomena di permukaan bumi. Salah satu produk SIG adalah dalam bentuk peta. Sebuah peta pada dasarnya merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh dari proses pengolahan dan analisis data. Informasi yang terkandung dalam sebuah peta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijaksanaan (decision support). Penggunaan teknik penginderaan jauh yang dipadukan dengan SIG diharapkan dapat menyediakan data dan menganalisis data secara spasial, sehingga dapat menghasilkan informasi yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan yang bersifat integratif.

2.        TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara spasial kondisi tingkat pencemaran air DAS Citarum dalam bentuk Peta Tingkat Pencemaran Air DAS Citarum berdasarkan data pengukuran sampel kualitas air. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadI rekomendasi pengambilan keputusan dalam pengelolaan DAS Citarum.

3.        METODELOGI  PENELITIAN

Gambar 1. Diagram alir penelitian
Data kualitas air merupakan sekumpulan data hasil pengukuran besarnya nilai kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dari 33 lokasi titik sampel (C1-C14 dan C27-C45) yang tersebar di dalam DAS Citarum selama 6 tahun, yaitu sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 1999. Nilai kandungan BOD dari seluruh titik sampel selanjutnya diplotkan ke dalam peta dasar. Hasil plot dalam bentuk titik kemudian diinterpolasi menggunakan metode Poligon Thiessen untuk memperoleh gambaran spasial dalam bentuk
suatu area (zonasi). Batas zonasi dari metode ini masih bersifat tentatif (karena bentuknya kaku). Oleh karena itu selanjutnya ditumpangsusunkan (overlay) dengan informasi pola aliran dan arah aliran untuk mendapatkan batas zonasi yang lebih akurat dan lebih halus (smooth).
Dalam penelitian ini  menggunakan metode Poligon Thiessen.  Dengan citra satelit Landsat Thematic Mapper. Interpretasi dilakukan dengan membuat klasifikasi multispektral menggunakan software ER Mapper ver. 6.3 yang mempunyai kemampuan melakukan image processing.
4.        METODELOGI  PENELITIAN JURNAL PEMBANDING
Dalam penelitian ini  menggunakan data citra satelit landsat Thematic Mapper dengan
data spasial.
Gambar 2. Diagram alur penelitian
Dari hasil keseluruhan proses analisi data,dapat disajikan pada diagram alur penelitian  (gambar 2) adalah :
1.        Intesitas hujan pada periode ulang tertentu
2.        Tabel satuan lahan tumpang tindih, berikut nilai koefisien aliran permukaan
3.        Laju puncak aliran dalam suatu periode tertentu.
5.        HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data berupa nilai BOD dari 33 titik sampel tahun 1994-1999 Nilai rata-rata dari setiap titik selama 6 tahun bervariasi tergantung lokasi pengambilan sampel. Nilai BOD tertinggi yaitu C39 (378,87 mg/l) berlokasi di Cimahi Selatan, Kabupaten Bandung. Nilai BOD terendah yaitu C38 (4,12 mg/l) berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bandung.
5.1.       Kondisi Tingkat Pencemaran Air di DAS Citarum
Tingkat pencemaran air di DAS Citarum terbagi atas 4 zonasi, yaitu zona agak tercemar (< 0,1 mg/l), kritis tercemar (0,1 – 1 mg/l), sangat tercemar (1 – 2 mg/l), dan tercemar berat (> 2 mg/l).
Gambar 3. Citra landsat TM Komposit 452 Daerah Penelitian (Tahun 2000)
Penelitian hasil perekaman tahun 2000, yang telah diproses dalam bentuk komposit menggunakan saluran band 452. Disajikan pada gambar 3.

Gambar 4. Peta zonasi tingkat pencemaran air DAS citarum
5.1.1.      Kondisi agak tercemar
Zona agak tercemar terdapat di dua area, yaitu di sisi barat-utara dan sisi selatan DAS Citarum. Zona ini paling dominan dibandingkan zona lainnya. Total luas zona ini adalah 248.404,76 ha atau 54,46% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama dari zonasi ini seluas 180.060,11 ha, meliputi sub-DAS Cisokan dan Cikundul di wilayah Kabupaten Cianjur pada sisi bagian barat DAS Citarum. Area kedua berada pada sisi selatan DAS Citarum seluas 68.344,66 ha, yang meliputi sub-DAS Ciwidey, Ci Sangkeuy dan Citarum Hulu yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung (Gambar 4).
5.1.2.      Zona Kritis Tercemar
Zona kritis tercemar terdapat di tiga lokasi dalam DAS Citarum dengan total area yang tidak terlalu luas yaitu 54.686,95 ha atau 11,99% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama terletak di bagian tengah DAS Citarum, dengan luas 39.748,29 ha, meliputi sub-DAS Cisokan di Kabupaten Cianjur dan sebagian kecil sub- DAS Cimeta di Kabupaten Bandung. Area kedua berada di sebelah timur laut DAS Citarum
5.1.3.      Zona Sangat Tercemar
Zona sangat tercemar terdapat pada dua lokasi, yaitu di sebelah selatan dan timur dari DAS Citarum dengan luas 73.282,05 ha atau 16,07% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Area pertama yang terletak di sebelah timur memiliki luas sebesar 60.962,29 ha. Area ini meliputi dua sub-DAS, yaitu Cisokan dan Area kedua berada di sebelah selatan dengan luas 12.319,76 ha, meliputi sub-DAS Citarik (Gambar 4).
5.1.4.      Zona Tercemar Berat
Zona tercemar berat hanya terdapat dalam satu area, memanjang mulai dari bagian tengah hingga ke sisi paling timur dari DAS Citarum. Luasnya 79.779,88 ha atau 17,49% dari luas keseluruhan DAS Citarum. Yang termasuk dalam zona ini adalah sub-DAS Cimeta bagian tenggara, Ci Kapundung bagian selatan, Ciminyak bagian timur, Ciwideuy, Cisangkeuy dan Citarum Hulu bagian utara, serta Citarik bagian selatan (Gambar 4).

5.2.   Tingkat Pencemaran air DAS di citarum
Gambar 5. Tingkat Pencemaran Air Pada Masing-masing sub-DAS
Pada peta tingkat pencemar masing-masing sub-DAS menunjukkan bahwa dari keseluruhan sub- DAS yang ada di DAS Citarum, sub-DAS Ci Kundul dan Citarum (Jatiluhur) – Ci Kao yang berada di sebelah utara serta sub-DAS Ci Sokan di sebelah barat, merupakan daerah yang relatif paling rendah tingkat pencemaran airnya. Tingkat pencemaran air paling tinggi terjadi di sub-DAS Ci Kapundung yang berada di wilayah Kota Bandung dan Cimahi serta sub-DAS Ci Tarik yang berada di sisi paling timur dari DAS Citarum.
5.3.       Kondisi Penutup Lahan DAS Citarum
Gambar 6. Kondisi Penutup Lahan DAS Citarum (tahun 2000)
Berdasarkan Peta Penutup Lahan hasil interpretasi citra satelit Landsat TM wilayah DAS Citarum perekaman tahun 2000, jenis penutup lahan yang paling dominan adalah sawah, hutan dan kebun campuran yang mempunyai luasan di atas 20%. Permukiman hanya 5,23% dan industri 0,49%. Untuk distibusi spasialnya disajikan dalam Gambar 6 dan menunjukkan bahwa pada daerah yang kondisi tingkat pencemarannya paling ringan yaitu sub-DAS Ci Sokan, Ci Kundul dan Citarum (Jatiluhur) – Ci Kao, tutupan vegetasi sangat dominan di wilayah ini. Jenis penutup lahannya mayoritas berupa hutan, sawah, kebun campuran dan perkebunan. Sebaliknya pada sub DAS yang paling tercemar, yaitu sub-DAS Ci Kapundung dan Ci Tarik yang terletak di wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung sebelah timur, luasan permukiman lebih dominan dibandingkan hutan. Luas permukiman dan juga industri pada wilayah zonasi tercemar berat, meningkat pesat (hampir sekitar 4 kali lipat) dibandingkan dengan penutup lahan sejenis pada ketiga zonasi pencemaran yang lain. Luas sawah pada zonasi tercemar berat paling tinggi dibandingkan luas sawah pada zonasi lain.
5.4.        Identifikasi Sumber Pencemaran
Gambar 7. Peta sebaran Kluster industri di DAS citarum
Hasil kajian Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air (1998) tentang Studi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Kluster Industri di DAS Citarum menyebutkan bahwa di sekitar Kota Bandung dan Kota Cimahi terdapat banyak sekali industri, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Hal ini juga mengindikasikan bahwa banyaknya industri di daerah tersebut turut berperanan menjadi sumber pencemaran air sehingga menyebabkan kawasan Bandung dan sekitarnya merupakan zone yang paling berat tingkat pencemarannya.

KELEBIHAN KEKURANGAN HASIL PETA PADA JURNAL INI
Kelebihan
1.        Menggunakan beberapa citra dengan sumber yang berbeda.
2.        Dapat menetukan batas zonasi yang lebih akurat dan lebih halus
3.        Menggunakan Teknik Overlay, sehingga sangat ditail dalam dalam menganalisis sebaran pencemaran air DAS di citarum hulu
4.        Dapat merekam wilayah di permukaan bumi dengan lebih luas / cakupannya lebih besar.
Kekurangan
1.        Jurnal ini tidak terlalu detil dalam menentukan letak lokasi.
2.        Peta yang digunakan masih dalam skala kecil.

  6.  KESIMPULAN   
Kedua jurnal tersebut terdapat peta yang masih memiliki kekurangan ataupun kesalahan misalnya pada atribut peta yang kurang dan tanggal pembuatan peta.
Misalnya pada  jurnal acuan, kesalahan hanya terdapat pada perpaduan warna ataupun keseuaian waran oleh si pembuat tanpa meperhatikan si pembaca.
Sedangkan pada jurnal pembanding, pada peta tersebut tidak memiliki kejelasan pada bagian legendanya. Tidak terdapat sumber peta dan untuk ukuran skalanya tidak jelas, apakah termasuk kedalam meter, kilometer, dan lain-lain.  
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. GIS : A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Douglas, W.J. 1995. Environmental GIS, Applications to Industrial Facilities. Lewis Publishers.
Lillesand and Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Polii,        B.     1994. Thesis.      Kajian Konsep
Pengukuran BOD Sebagai Indikator Pencemaran Bahan Organik di Perairan Daerah Tropis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wangsaatmaja, S. 2005. Tidak Ada Kata Esok Untuk Perbaikan Citarum. Pikiran Rakyat edisi 6 Juni 2005. Bandung.
Balai Lingkungan Keairan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. 1998. Studi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Kluster Industri di DAS Citarum. Laporan Teknis. Puslitbang SDA Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.